“Waktu terasa begitu cepat. Waktu santri pertama datang ke pondok, mereka sedih dan menangis saat berpisah dengan orang tuanya. Setelah mereka tamat, justru Abah yang sedih, bahkan air mata sering mengembang dengan sendirinya”, demikian ungkapan Pengasuh PP Mahasina, KH. Abu Bakar Rahziz, MA ketika memberi tausiyah kepada para alumni dalam acara Muwadda’ah Khirrijin dan Khirrijat Tahun 2024, di Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi, 11 Agustus 2024.
Selanjutnya, kyai yang akrab dipanggil Abah ini berpesan agar para alumni tetap mempertahankan karakter dirinya sebagai santri, yaitu berakhlak mulia, hidup berjuang, bertanggung jawab terhadap amanah, dan sabar dalam menghadapi berbagai persoalan. Abah juga mengingatkan kembali agar santri selalu mengingat Sapta Jiwa Mahasina, yaitu: kejujuran, keikhlasan, kejuangan, keterbukaan, kemandirian, kepedulian, dan kesederhanaan.
Selama 6 atau 3 tahun mondok, santri sudah seharusnya memiliki memiliki benteng untuk tidak terjerumus ke dalam berbagai kenistaan. Hafalan al-Qur’an, hadist, dengan dzikir-dzikir, serta pembiasaan-pembiasaan untuk menjadi anak shaleh harus dapat membentengi diri dari berbagai macam kehinaan duniawi.
Kyai yang juga pimpinan pendidikan Kader Ulama MUI Kota Bekasi berpesan agar para santri mempertahankan karakter moral yang sudah dilatih di PP Mahasina, lalu meningkatkan karakter etos, seperti pekerja keras, tahan banting, mengerjakan tugas dengan tuntas, dan tak kenal lelah. “Karakter etos harus benar benar dikuatkan agar kehidupan kalian semua semakin lancar, sukses, dan penuh berkah. Jika karakter etos ditambah dengan kreatifitas yang tinggi dan kompetensi yang mumpuni, lalu disertai dengan kemampuan berkolaborasi dan komunikasi yang baik, maka para alumni akan sukses di dunia dan akhirat”, demikian pesan Abah yang singkat, padat, dan jelas.
Selanjutnya, Abah mengingatkan bahwa antara santri dengan pengasuh serta guru-guru tidak kenal kata berpisah. Muwadda’ah ini hanya akhir dari sebuah fase untuk menuju fase yang selanjutnya entah sebagai mahasiswa, karyawan, wirausahan, atau pengabdi di lembaga pendidikan. “Para alumni hanya berpisah dengan tempat tidur, kamar mandi, dan kelasnya saja, tapi lainnya tetap tersambung dalam jalinan silaturahmi yang penuh dengan kekeluargaan dan persaudaraan,” demikian pesan Abah sembari mengakhiri tausiyahnya.
Tim Reportasi Santri Jurnalis Kelas 9 MTs Mahasina:
Ahmad Zidan Marliansyah
Muhammad Ridho Al-Fathir
Nizhan Nawawi Hidayat
Arva Naraya Usman
Dzikri Maola Abidin
Muhammad Nafis Mirza Ukail
Rafly Rizkiyansah Adnan
Masya Allah tausiyah yg menyentuh, pesan yg mendalam dari Abah utk para alumni, begitu besar cinta Abah kepada para Alumni yg sdh abah didik slama 6 dan 3 tahun, semoga pesan2 Abah selalu diingat dan diamalkan para alumni serta semua mendapat keberkahan dan ridho Allah SWT, barokallah wannajah fii hayatikum..aamiin
Tinggalkan Komentar