Catatan Redaksi: Sehubungan dengan adanya berita https://pesantrenmahasina.com/maafkan-kami-jika-puisi-ini-membuat-putera-puteri-ayah-ibu-bersedih/
seorang wali santri mengirimkan puisi balasan sebagai tanggapan atas puisi yang dibacakan santri di malam Innaugurasi Santri Baru. Pada prinsipnya, puisi ini melukiskan betapa besar kasih sayang orang tuanya kepada santri yang mondok. Meski begitu, orang tua rela berpisah dengan anak tersayangnya, dengan memondokkannya di PP Mahasina. Semuanya dilakukan demi ridho Ilahi, meski harus mengorbankan rasa rindunya yang tak terlukiskan
Ketika Tim Redaksi meminta foto dan nama lengkap dari wali santri penulis puisi, sampai menjelang penayangan, yang bersangkutan belum mengirimkannya juga. Mohon dimaklumi jika puisi ini anonim…..
Untuk Anakku
Hadirmu
Memberikan bahagia sejuta pesona
Setelah sekian masa kudamba
Tawamu
Meluruhkan semua penat di punggungku
Tangismu
Melecut semua asa membuatmu tersenyum kembali
Tiada hari tanpa kebahagiaan bersamamu
Dalam tangis haru dan syukur
Saat kau dapat berjalan berlari dan berbicara
Dalam canda tawa
Saat kutiba di rumah dan waktu yang senggang
Dalam senda gurau
Saat malam menanti lelap
Dalam sedih perih
Saat kau terbaring sakit merintih
Waktupun mengantar semuanya
Menuntut rela melepas kepergianmu
Mengiringkan doa dan sejuta harapan untukmu
Meninggalkan rindu sepanjang waktu
Rindu masamu
Merengek
Merajuk
Meminta
Mengharap
Menggayutiku
Merebahkan kepalamu di lengan kanan kiriku
Sambil cerita yang kau minta sepanjang malam
Sampai matamu rapat dalam lelap tidurmu
Biarpun rindu seperti tak pernah berujung
Aku adalah tetap ayahmu
Aku tetap ibumu
Yang selalu
Tegar…
Tegak…
Teguh …
Berjuang demi keberhasilanmu
Pesanku…
Titilah jalan rido Tuhanmu
Seiring keikhlasan hatiku
Jakarta, 25 Juli 2024
Tinggalkan Komentar