Dini hari, Jam 02.00 WIB, Kamis, 25 Juli 2024, para santri baru, putera-puteri sudah berkumpul di lapangan Pesantren Putera PP Mahasina, Kota Bekasi. Pagi amat. Ya benar, pagi-pagi amat. Mereka akan mengikuti Malam Innaugurasi sebagai santri baru sekaligus pembacaan ikrar sebagai santri PP Mahasina.
Api unggun menyala kencang di tengah lapangan. Para santri berbaris agak jauh, sehingga yang dirasakan bukan panas, melainkan kehangatan dari api unggun.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an secara tilawah dengan penuh kekhusyukan oleh Nayla Putri Ayunia, santriwati yang sudah beberapa kali menjadi juara dalam berbagai lomba MTQ. Dengan suara lembut, lantunan ayat suci al-Qur’an yang dibacakannya sungguh menyejukkan kalbu, juga menggetarkan hati.
Drama kolosal yang ditampilkan santri senior, sebagai acara berikutnya, cukup atraktif, juga refleftik, dalam artian mengajak santri baru merenungi kembali tujuan mereka mondok di PP Mahasina. “Mah, mamah, aku gak betah, aku capek, aku ingin pulang”, demikian awal dialog dalam drama itu dimulai. “Belum apa-apa sudah mengeluh. Padahal orang tua kalian banting tulang untuk membiayai pendidikan kalian agar menjadi santri yang mandiri dan tangguh”, demikian ungkap santri puteri lain menimpali. Dialog kemudian berlanjut dengan pesan-pesan reflektif, baik yang perankan oleh Keluara Alumni Mahasina (Kalam) atau oleh santri senior yang masih mondok.
Pembacaan puisi yang menjadi acara selanjutnya, sangat mengandung bawang. Hampir seluruh santri, terutama santri puteri, menangis tersedu-sedu. Aulia Mutiara Arafah, Kelas 12, dari Bekasi Timur, sebagai pembaca puisi berhasil mengajak dirinya sendiri dan santri baru menangis, terutama saat membahas kebaikan seluruh orang tua santri.
Acara inti dari Malam innaugurasi ini tentu saja adalah tausiyah dari KH. Abu Bakar Rahziz, MA dan pembacaan Ikrar Santri yang dipimpin oleh Hj. Badriyah Fayumi, LC, MA. Pesan Abah, seperti biasa sangat menyentuh kalbu. Sementara pembacaan Ikrar Santri mendorong mereka untuk bersemangat.
Acara selannjutnya diakhiri dengan bersalam-salaman diiring shalat Nabi Muhammad SAW. Santri puteri bersalaman dengan Abah dan Bu nyai serta dengan para guru puteri. Sedangkan santri putera bersalaman dengan Abah dan Bu Nyai serta dengan guru putera. Sebelum bersalaman, mereka mencium bendera Bendera PP Mahasina, Bendera NU, dan tentu tentu saja Bendera Indonesia: Merah Putih.
Oh ya, satu lagi, sehabis acara para santri baru minum teh hangat yang sudah pasti sangat melegakan tenggorokan dan menghangatkan sekujur tubuh.
Tinggalkan Komentar