PP Mahasina mengajarkan berbagai disiplin keilmuan secara komprehensif, mulai dari Ilmu Tauhid (Teologi), peribadatan dalam bentuk ritual, serta peribadatan dalam bentuk muamalah (hubungan antar sesama manusia). Kitab “Kaifa Takuunu Ghaniyan” (Bagaimana Menjadi Kaya) juga diajarkan di Pondok ini.
Selama 8 bulan, terhitung sejak Tahun Ajaran Baru Juli 2023 sampai dengan Maret 2024 atau selama sekitar 8 bulan, santri Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadist telah menamatkan 17 kitab klasik, yang meliputi berbagai bidang keilmuan yang diwariskan para ulama terdahulu.
Kitab-kitab yang ditamatkan di PP Mahasina meliputi berbagai macam keilmuan, mulai dari Tauhid, Fiqih, Kisah-kisah Penuh Hikmah, Tajwid, Ilmu Alat (Nahwu Shorrof), Mu’amalah antar sesama manusia, bahkan termasuk kitab bagaimana menjadi kaya dengan penuh berkah.
Kitab yang disebutkan terakhir ini diajarkan dalam Kitab “Kaifa Takuunu Ghaniyan” (Bagaimana Menjadi Kaya), karya alim ulama Habib Muhammad Ibnu Alawi Ibn Umar Al-‘Aidrus. Di Mahasina, kitab ini diajarkan pada santri Kelas 10 putera dan akan diajarkan pada kelas-kelas lainnya di tingkat Aliyah. Pengajian kitab ini diasuh langsung oleh Ketua Pengembangan Kitab Kuning Mahasina, yaitu Ust. Thomi Urridho, SAg, guru yang hampir 10 tahun mondok di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Diharapkan, dengan kitab “Kaifa Takuunu Ghaniyan” (Bagaimana Menjadi Kaya), santri tidak hanya pandai mengaji, melainkan juga bisa mencari nafkah secara halal, sekaligus menjadi kaya dengan penuh berkah.
Semua kitab-kitab yang diajarkan di PP Mahasina merupakan kitab mu’tabarah (diakui) sesuai dengan paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah (ASWAJA). Kitab-kitab itu biasanya moderat, toleran akan perbedaan, dan selalu menebarkan rahmat (kasih sayang) untuk seluruh alam.
Metode pengajaran kitab di PP Mahasina bersifat sorogan, yakni guru membacakan kitab dan menterjemahkannya, lalu para santri menuliskannya di kitab masing-masing. Jika ada kata-kata penting dalam kitab, guru akan memberikan penjelasan lebih detail.
Misalnya, ketika dalam pembukaan kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim ada anjuran untuk bershalawat kepada Nabi dan para sahabat ajma’in (seluruhnya), guru menjelaskan kenapa KH. Hasyim Asy’arie (Pendiri NU) memakai kata ajma’in (seluruhnya), yaitu karena NU dan paham ASWAJA harus mencintai seluruh sahabat Nabi Muhammad. Hal ini berbeda dengan selain ASWAJA yang biasanya mencintai sahabat Nabi tertentu, lalu membenci sahabat Nabi lainnya. Dari sinilah berkembang pemikiran, kenapa ASWAJA harus toleran, menghargai perbedaan, dan berpikiran moderat.
Pengajaran Kitab di PP Mahasina juga bersanad yang berarti apa yang diajarkan bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Di bulan suci Ramadhan ini juga, PP Mahasina memberikan ijazah (antara lain berisi sanad pengajaran) kepada santri yang telah menamatkan kitab, sehingga mereka bisa mengajarkan kepada orang lain, dengan sanad yang jelas dan bersambung kepada Nabi Muhammad.
Kitab-kitab yang sudah ditamatkan santri, dari Juli 2023 sampai 31 Maret 2024
Tinggalkan Komentar