Pada Minggu, 10 November 2024, rombongan dari Pondok Pesantren Darul Hikmah, Kab. Tangerang, tiba di Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadits, Kota Bekasi, untuk melakukan Studi Banding, terkait nilai-nilai kepesantrenan, kurikulum, program unggulan, metode pengajaran, dan lain sebagainya.
Civitas akademika PP Darul Hikmah merasa perlu melakukan studi banding di PP Mahasina, karena lembaga ini dianggap layak menjadi role model dalam tahsin dan tahfidz al-Qur’an, pengembangan ulumul hadits, pengembangan kitab kuning, manajemen pengelolaan pendidikan, manajemen pengelolaan santri, dan lain sebagainya.
Ustaz Rubiyanto, Pimpinan PP Darul Hikmah, merasa senang berada di PP Mahasina, apalagi mendapatkan sambutan yang hangat dari pengasuh, para guru, dan para santri. “Kami mengucapkan terima kasih atas sambutan dari PP Mahasina, semoga kami mendapatkan ilmu yang bisa diterapkan di pesantren kami,” ujar ustaz kelahiran Bawean, Jawa Timur, yang juga fasih berbahasa Arab.
Sementara itu, Pengasuh PP Mahasina KH. Abu Bakar Rahziz, MA, mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan silaturahmi dari PP Darul Hikmah, Tangerang, sekaligus mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kyai yang akrab dipanggil Abah ini juga menjelaskan bahwa inti dari pendidikan di pesantren adalah keiklasan dan kesabaran dari Pengasuh, para guru, dan juga para santri. Sangat susah untuk mengajar santri dengan metode kasih sayang dan lemah lembut, namun tetap berlandaskan pada keikhlasan dan kesabaran. “Dengan ikhlas dan sabar semata-mata karena Allah, niscaya segala macam persoalan yang muncul di pesantren akan mendapatkan solusi,” demikian penjelasan kyai yang juga pimpinan tertinggi NU di Kota Bekasi.
Selanjutnya, Abah menjelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab di pesantren tidak pernah selesai. Tugas mendidik santri untuk berakhlak tidak pernah selesai. Begitu pula halnya dengan pendidikan dan pengajaran di bidang lainnya, pembangunan sarana fisik, pola penerapan peraturan dan sanksi, serta hal-hal lainnya. “Semuanya tidak pernah selesai atau tidak boleh mengenal kata selesai,” ungkap Abah tegas.
Karena itu, dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran untuk konsisten melakukan pengasuhan, pendidikan, dan pengajaran di pesantren. “Apalagi karakter anak-anak di pesantren sangat beragam, mulai yang pintar sampai yang kurang pintar, mulai dari yang patuh sampai yang kurang patuh. Semuanya membutuhkan keikhlasan dan kesabaran untuk tetap mengabdi kepada Allah,” ungkapnya memberi tasuiyah.
Tinggalkan Komentar