Santri Mahasina Berbahasa Inggris dengan Pejabat Kedutaan Asing

Di sela-sela kedatangan Ms. Kiana Nadele, Political Officer Kedutaan Amerika Serikat, di Pondok Pesantren Mahasina, Kota Bekasi, Rabu, 24 Januari 2024, tujuh santri Mahasina memanfaatkannya untuk bertanya dan menimba ilmu dalam berbagai soal, terutama bagaimana menjadi diplomat dan mendapatkan beasiswa pendidikan ke berbagai manca negara.

Ketujuh santri itu adalah Iqlima Aydin Neubrillah ( Kelas 8 D), Amreeh Sutta Abidin (Kelas 8A), Mahesa Abdillah Putra Abdani (Kelas 8 B), Nadhira Dini Hanifa (Kelas 9 D), Mahsa Keyla Kamal (Kelas 10 D), Muhammad Khairil Zulkifli (Kelas 12), dan Khalisha Nur Rahima (Kelas 12).

Dengan didampingi Tim Bahasa PP Mahasina yaitu Ustadzah Silvia, Ust. Rizky, dan Ust. Choirotin, mereka cas-cis-cus berbincang santai dengan bahasa Inggris. Perbincangan di antara mereka pun tanpa di dampingi penterjemah. Maklum, Political Officer dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta sangat memahami ungkapan yang disampaikan santri Mahasina. Begitu pula sebaliknya.

Sebenarnya, Ms. Kiana Nadele fokus untuk silaturhmi dengan Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina, Nyai. Hj. Badriyah Fayumi,  dalam rangka berbincang-bincang dalam soal ulama perempuan di Indonesia. Namun setelah acara pokok selesai, para santri mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan beliau.

Kesempatan ini memberikan kesan mendalam bagi kedua belah pihak. Para santri terkesan dengan kemampuan Ms. Kiana Nadele sebagai diplomat perempuan di negara besar, padahal usianya masih relatif muda. Sebaliknya, Ms. Kiana Nadel terkesan dengan kemampuan Bahasa Inggris para santri yang sudah seperti orang AS sendiri. Diplomat berdarah Amerika Latin ini juga terkesan dengan sistem pendidikan pesantren yang penuh keakraban, persaudaran, dan persahabatan. “Kalau saya masih muda, saya sangat berminat untuk bersekolah di lembaga pendidikan seperti ini,” ungkapnya dengan Bahasa Inggris yang kental,

Nah, orang Amerika saja mau nyantri, bagaimana dengan kamu-kamu? Ayo Semangat!