Info Pesantren
Rabu, 09 Jul 2025
  • Pendidikan Terintegrasi Kader Ulama- Pemimpin Berakhlak Qur'ani Berwawasan Kebangsaan
  • Pendidikan Terintegrasi Kader Ulama- Pemimpin Berakhlak Qur'ani Berwawasan Kebangsaan
19 Mei 2025

“KUPI dan Kebangkitan Ulama Perempuan: Mengukir Sejarah dari Masjid Puser Bumi”

Sen, 19 Mei 2025 Dibaca 457x Berita Terkini

Oleh Anindya Auryn Ramdan, Santri Jurnalis Kelas 10 MA MAhasina

Pada hari Minggu di Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadist, tanggal 18 Mei 2025  M yang bertepatan dengan 20 Dzulqa’dah 1446 H, dengan penuh rasa syukur dan bangga, menyatakan bahwa saya hadir dan menyaksikan secara langsung melalui Zoom Meeting peristiwa bersejarah: Pendeklarasian Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia.

Kegiatan bersejarah ini diselenggarakan oleh Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan berlangsung di Masjid Puser Bumi, Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Saya menyaksikan bagaimana suara, pemikiran, dan perjuangan ulama perempuan Indonesia ditegaskan sebagai peradaban yang adil dan berkeadaban.

Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Nyai Hj. Alissa Wahid (Dewan Pertimbangan KUPI), KH. Husein Muhammad (Pimpinan Doa Bersama) dan Rieke Diah Pitaloka (Ketua Majelis Dzikir Pikir Puser Bumi) sebagai pembicara kunci dalam momentum bersejarah tersebut dan ulama perempuan lainnya.

Dalam situasi bangsa yang penuh tantangan—dari kekerasan yang terus menimpa perempuan, krisis integritas hukum dan demokrasi, hingga penderitaan rakyat Palestina– para ulama perempuan hadir sebagai penjaga nilai-nilai kemanusiaan. Mereka menyuarakan kebenaran lewat keimanan, ilmu dan tindakan nyata, serta menunjukkan keberpihakan pada mereka yang lemah. Kehadiran mereka menjadi simbol perjuangan untuk menciptakan kehidupan yang adil, manusiawi, dan bermoral.

Maka dari itu, bulan Mei dipilih sebagai simbol kebangkitan nasional dan pengingat tragedi Mei 1998, yang pada saat itu perempuan, warga Tionghoa, dan masyarakat miskin menjadi korban kekerasan politik.

“Bulan Mei bukan hanya milik sejarah nasional, tetapi kini menjadi ruang afirmasi bagi ulama perempuan untuk menegaskan kontribusinya dalam membangun keadaban Islam dan bangsa”. Terang Ketua Majelis Dzikir Pikir Puser Bumi dalam pidato luhurnya.

Dalam pidatonya, ibu nyai Alissa Wahid menyampaikan, “Ulama Perempuan adalah jembatan antara umat dan sistem Islami sejati. Mereka yang awam menjadi lebih paham. Ulama Perempuan adalah jembatan antara mereka yang lemah dan dilemahkan. Ulama Perempuan adalah jembatan antara sistem yang ketakutan terhadap kekuatan perempuan dengan sistem yang merayakan kekuatan perempuan sebagai bentuk peradaban. Dan ulama perempuan adalah jembatan dari sifat kompetitif antara insan atas nama gender menjadi sikap kolaboratif berdasarkan keyakinan semua gender mampu memberikan yang terbaik bagi terwujudnya khaira ummat”.

Deklarasi Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia ini menjadi momentum penting untuk mengakui dan mengapresiasi kontribusi besar perempuan dalam dunia keagamaan. Selama ini, banyak ulama perempuan yang telah berkontribusi nyata dalam menyuarakan nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan–khususnya dalam membela hak-hak perempuan dan kelompok rentan. Perayaan ini bukan sekadar acara simbolik, melainkan pengingat bahwa perempuan juga memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin dalam urusan keagamaan, menafsirkan teks-teks keagamaan yang adil, dan menghadirkan pendekatan spiritual yang lebih empatik dan membumi. Mereka hadir dengan perspektif yang khas–mengakar pada keadilan sosial dan pengalaman hidup yang sering terpinggirkan.

Melalui momen bersejarah ini, kita diajak memiliki kesadaran kolektif terhadap pentingnya kesetaraan gender dalam ruang-ruang keagamaan dan ini adalah kebutuhan mendesak bagi masa depan umat. Sudah saatnya perempuan diberi ruang dan kepercayaan yang sama dalam berdakwah, berfatwa dan membentuk arah peradaban. Ulama perempuan membawa perspektif khas yang melengkapi pandangan keislaman dengan nilai-nilai keadilan sosial yang sejati.

Momentum ini juga menjadi ajakan untuk terus mendukung lahirnya generasi baru ulama perempuan melalui pendidikan dan pembinaan yang berkelanjutan. Dengan keterlibatan aktif perempuan dalam kepemimpinan keagamaan, kita turut membangun masyarakat yang lebih adil, setara, dan penuh kasih.

Artikel Lainnya

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur'an Wal Hadits

Jl. Masjid Raya No 50, Kp. Kemang RT/RW: 01/07, Kelurahan Jatiwaringin, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, Jawa Barat 17411